Perkembangan zaman telah menuntut dunia pendidikan untuk semakin dinamis. Kurikulum dan metode pengajaran tepat akan mampu menciptakan lulusan-lulusan yang tidak hanya pandai tetapi dapat mendorong lingkungannya berkembang. Meningkatkan semangat pembinaan dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci utama.
Pendidikan yang tepat akan membawa generasi muda lebih siap dalam bersaing di lingkup global dan internasional. Persaingan yang semakin ketat ini tak lepas dari teknologi yang terus berkembang. Untuk itulah, lembaga pendidikan terus mendorong anak didiknya untuk dapat menguasai teknologi sekaligus mengembangkan ide kreatifnya.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan Rektor BINUS UNIVERSITY Prof Dr Ir Harjanto Prabowo MM. “Sering kali kita kalah bersaing dengan negara lain karena selain kemampuan kurang maksimal juga karena minimnya penguasaan teknologi. Kita kurang terampil, kurang kreatif, bukan karena tidak berpendidikan. Kenapa di luar sana mahasiswa bisa membuat animasi hebat, itu soal skill.”
Mahasiswa kurang kreatif atau tidak memiliki kemampuan menciptakan sesuatu, lanjut Harjanto, bukan karena tidak mampu, melainkan lembaga pendidikan yang tidak dapat membuka wawasan tersebut. Selain itu, pendidikan tinggi tidak sekadar sebagai sarana kelanjutan dari pendidikan dasar dan menengah, tetapi harus dapat memberi solusi kepada masyarakat dan negara.
Sebagai perguruan tinggi bertaraf internasional, Bina Nusantara (BINUS) memahami fenomena tersebut dan terus berbenah mengikuti tuntutan zaman. “BINUS sadar, tantangan di dunia pendidikan terus berubah. Itulah, mengapa kami dinamis dan terus mengikuti perkembangan zaman, kami harus bisa mengikuti kebutuhan yang terus meningkat. Intinya, semua proses di setiap tahapan harus dipikirkan, kurikulum tidak boleh kaku, harus sefleksibel mungkin,” tambah Harjanto.
Membina Nusantara
Dalam keterlibatannya meningkatkan dunia pendidikan di Indonesia, BINUS memperkenalkan BINUS Higher Education System sebagai upaya memberikan kesempatan lebih luas bagi generasi muda di berbagai tempat untuk dapat menjadi insan kreatif dan berkualitas. Tak hanya di Ibu Kota, calon mahasiswa yang tersebar di kota lain pun diharapkan dapat mengenyam pendidikan dengan level serupa.
“Kita ingin sesuai dengan cita-cita BINUS, yakni membina seluruh Nusantara. Di sini, sebanyak 30–35 persen berasal dari luar Jakarta. Oleh sebab itu, kami men-setup learning centre dan kampus di kota lain, seperti Bekasi, Bandung, Semarang, Malang, dan Palembang. Di Malang sudah beroperasi, untuk di Bekasi, kami berharap kampus siap pada 2018,” ujar President BINUS Higher Education Stephen W Santoso.
Meski tersebar di berbagai tempat, lanjut Stephen, semua terintegrasi dan memiliki konten yang sama. Pihaknya menerapkan sistem yang sama dan tidak terpisahkan dari pusat. Jadi akan banyak fungsi-fungsi yang di-sharing oleh BINUS Jakarta, yang sudah lebih dulu ada. Pengembangan, baik konten, dosen, maupun sistem, akan diterapkan di BINUS lainnya yang tersebar di beberapa kota.
Kualitas yang diberikan BINUS di luar Jakarta sama dengan kualitas BINUS Jakarta. Pada dasarnya, sambung Stephen, sistem yang digunakan adalah sama, tidak sebagai dua universitas tetapi sebagai satu sistem pedidikan dan kualitas manajemen yang sama. “Tim intinya, awalnya juga merupakan tim dari Jakarta yang sudah berpengalaman. Aplikasi, IT, administrasi, hingga learning system sudah tinggal dipakai. Jadi, tidak mulai dari nol,” paparnya.
Dalam 5 tahun ke depan, BINUS juga gencar mengembangkan pendidikan berbasis jaringan internet (online). “Sambil jalan, kita sedang mengembangkan potensi pendidikan berbasis online. Saat ini sudah ada BINUS Online Learning. Karena fleksibel, program ini memberikan kesempatan sangat besar untuk mereka yang ingin mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa harus mendapat kesulitan lantaran letak geografis,” tambah Stephen.
Sementara itu, berkat kepekaannya terhadap dunia pendidikan yang terus berkembang, BINUS mampu menggapai prestasi cemerlang, di antaranya mendapatkan akreditasi “A” oleh Akreditasi Institusi Perguruan Tingi (AIPT)-BAN PT, meraih penghargaan sebagai Perguruan Tinggi Swasta Terbaik Sejak 2012 oleh Kopertis wilayah III, dan menyabet gelar The 2016 Asian Most Admired Knowledge Enterprise. Tak hanya itu, lembaga pendidikan yang terus mengembangkan sayapnya di berbagai kota ini juga mendapat Awarded World’s 3-star University oleh QS Stars University Ratings, meraih akreditasi tingkat dunia Engineering Accreditation Commission dari ABET, serta akreditasi EPAS dari EFMD.
Tantangan dan semangat
Menghadirkan pendidikan berkualitas yang tersebar di berbagai tempat bukanlah hal mudah. Semua harus dipersiapkan secara matang dan mendalam. “Kita harus menyiapkan sistem, di mana komponennya ada kurikulum, teknologi, konten, dan sumber daya manusia. Masing-masing punya tantangan, terutama manusia. Menyiapkan sumber daya manusia sekualitas Jakarta untuk di daerah tidaklah mudah,” kata Harjanto yang juga merupakan Vice President BINUS Higher Education.
Di satu sisi, lanjut Harjanto, hal tersebut menjadi peluang tersendiri bagi tenaga pengajar untuk bisa berkembang di daerah lain. “Mereka tentu memiliki cita-cita, keluarga, tetapi di sinilah mereka mendapat tantangan untuk bisa terus tumbuh. Kita juga bekerja sama dengan pihak lain dalam membangun lembaga pendidikan agar semua bisa berjalan maksimal.”
Hadirnya BINUS di tengah masyarakat sesuai dengan semangat Fostering & Empowering the Society in Building & Serving the Nation. Dengan semangat itu, BINUS diharapkan mampu mendidik dan memperkaya wawasan dan kemampuan masyarakat sekelilingnya. Setiap sarjana yang dihasilkan bertugas memberdayakan lingkungannya, tidak boleh pandai hanya untuk diri sendiri. Mereka harus bisa membuat sekelilingnya turut berubah ke arah lebih baik.
Selain menciptakan generasi muda terampil dan melek teknologi, BINUS juga memberikan bekal agar lulusannya memiliki semangat entrepreneurship. “Selain memang menciptakan lulusan yang dapat bersaing di lingkup global, kami menyiapkan entrepreneur yang dapat membuka lahan pekerjaan. Jadi, selain semua mahasiswa dapat 6 SKS untuk entrepreneur, ada track khusus. Kita ada 3+1, yakni 3 tahun berbasis kampus, 1 tahun di luar kampus. Salah satu track-nya adalah entrepreneur,” pungkas Harjanto. [Harian Kompas, 15 Januari 2017/BYU]