Jakarta, GoHitz.com – Hidup kita itu tidak bisa menyenangkan semua orang itu benar-benar dirasakan oleh Arintha Vysistha. Ya, desainer ini pernah merasakan pertentangan dari orang-orang terdekat untuk memilih jalur hidupnya di dunia fesyen. Namun, justru Arintha tak menyerah begitu saja. Terbukti, ia lolos untuk tampil di ajang peragaan fesyen bergengsi Jakarta Fashion Week 2016.
“Awalnya, Papaku kurang support karena dia ingin aku menjadi seorang arsitek. Begitu aku berhasil tampil di JFW 2016, Papa bangga sama aku dan sekarang papa support aku sepenuhnya,” ujar Arintha saat berbincang dengan GoHitz di BINUS Northumbria School of Design, FX Sudirman, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Arintha merupakan seorang mahasiswi semester 5 jurusan Fashion Management di BINUS Northumbria School of Design. Gadis yang masih berusia 19 tahun ini sejak kecil memang sudah senang dengan dunia fesyen. Bahkan, Arintha senantiasa mengasah dan mengembangkan hingga ia duduk di bangku kuliah.
Ia menceritakan bahwa kesempatan menunjukkan kemampuan pun muncul ketika kampusnya mengadakan pemilihan terhadap para mahasiswa/i untuk diikutsertakan ke dalam ajang Jakarta Fashion Week 2016. Hanya ada 12 mahasiswa/i dengan karya terbaik yang bisa diikutsertakan dalam ajang tersebut. Arintha pun mempersiapkan diri agar bisa menjadi salah satu orang yang terpilih.
Untuk tahun ini, rancangan yang dibuat harus bertemakan “Minangkabau”. Gadis yang senang menggambar ini mulai mencari ide dan referensi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Sumatera Barat tersebut. Sampai akhirnya dia menjatuhkan pilihan untuk mengangkat sebuah jembatan akar yang berada di salah satu daerah di Provinsi Sumatera Barat. Menurut Arintha, jembatan akar itu cukup unik dan terkenal, sehingga sangat tepat untuk diaplikasikan ke dalam busana yang akan dia rancang.
Gadis kelahiran Jakarta, 23 Maret 1997 ini pun kemudian membuat busana dengan tambahan detail berupa teknik ikat yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai akar jembatan. Teknik ikat tersebut dia lakukan secara manual dan sangat teliti juga rapi. Sehingga, memang proses pengerjaannya cukup banyak memakan waktu. Bahan-bahan yang dia gunakan dalam pembuatan rancangannya kebanyakan berasal dari kain wool, kanvas, katun, dan neoprene.
“Jadi, si akar itu aku ambil dari sisi kerumitan, tekstur dan keunikannya. Aku padukan dengan siluet-siluet simpel kayak sweater, rok lurus, aku angkat style classic simple yang wearable,” ucap anak kedua dari dua bersaudara tersebut.
Sebelum pengumuman siapa saja yang terpilih untuk tampil di JSW 2016, Arintha dan tiga mahasiswa lainnya berkesempatan untuk mengunjungi Padang. Disana mereka diajak untuk memperdalam tentang kultur fesyen yang ada di sana. Salah satunya, mereka diajarkan cara membuat kain songket tradisional. Usai kunjungan selama empay hari tersebut, Arintha berinisiatif untuk menambahkan ornamen kain songket pada rancangannya. Hal tersebut diharapkan menjadi nilai plus agar dirinya bisa terpilih.
Berkat kerja keras selama kurang lebih 8 bulan untuk menyelesaikan karya rancangannya, akhirnya Arintha benar-benar terpilih untuk menjadi salah satu perwakilan BINUS Northumbria School of Design di ajang Jakarta Fashion Week. Akhirnya, pengagum karya-karya dari Sapto Djojokartiko dan Biyan Wanaatmadja ini bisa membuktikan kepada keluarganya, terutama sang Ayah, bahwa pilihannya untuk menjadi seorang perancang adalah langkah yang tepat.
Ke depannya, gadis asli Jakarta ini akan terus memperdalam ilmu-ilmu di dunia fesyen, termasuk mempelajari teknik-teknik ikat yang lebih rumit. Lewat karya-karyanya kelak, Arintha ingin membanggakan kedua orang tuanya dan juga bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah industri fesyen internasional.
“Suatu saat aku ingin melanjutkan S2 ke luar negeri, mungkin bisa New York atau United Kingdom. Aku masih ingin explore apa yang aku bisa karena ini juga masih awal sekali perjalanannya. Semoga suatu bisa mengharumkan nama Indonesia dengan unsur-unsur Indonesia yang tetap aku pertahankan dalam rancangan aku,” pungkas Arintha.
Published at : 25 January 2017