BINUS UNIVERSITY AWALI “5TH UNESCO-APEID MEETING ON ENTREPRENEURSHIP EDUCATION”
Hari ini tepatnya tanggal 26 September 2016, BINUS UNIVERSITY menyambut kegiatan “5thUNESCO-APEID Meeti
read morePada 15 September 2016, Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara menyelenggarakan acara pemutaran dan diskusi film buah karya sutradara Noor Huda Ismail berjudul Jihad Selfie, yang dihadiri sekitar 500 penonton dari berbagai kalangan. Acara ini menghadirkan sang sutradara sebagai special guest.
Dalam sambutannya, ketua departemen HI Binus Prof. Tirta Mursitama menyampaikan bahwa mahasiswa HI dituntut tidak hanya mempelajari HI melalui literatur, namun juga melalui studi kasus aplikatif. Dengan menonton film tentang perjalanan seorang anak muda asal Aceh yang tergerak bergabung dengan kelompok teror ISIS (Islamic State in Iraq and Syria), mahasiswa HI Binus dapat memahami terorisme sebagai salah satu kajian HI dari berbagai sudut pandang.
Pernyataan Prof. Tirta Mursitama disambut positif oleh Noor Huda Ismail. Pria yang kini tengah menyelesaikan tesisnya dengan judul “Indonesian Foreign Fighters, Hegemonic Masculinity and Globalisation” di Monash University, Australia, tersebut mengatakan bahwa pendekatan yang ia lakukan pada sejumlah jihadis adalah kemanusiaan. Kekerasan tak seharusnya dibalas dengan kekerasan. Melalui film, Noor Huda ingin menceritakan bahwa pendekatan “kasih” terhadap kelompok radikal mampu meredam konflik, bahkan mengembalikan mereka kepada masyarakat.
Pembuatan film ini juga tergerak karena target ISIS mulai membidik anak-anak remaja melalui jejaring media sosial. Huda menyebutnya literasi digital. Akbar, aktor yang dikisahkan lewat tangan dingin Huda di film Jihad Selfie, merupakan contoh konkret dari remaja yang memiliki literasi digital. Akbar tertarik dengan ISIS karena melihat sahabatnya yang memegang senapan AK-47 di internet dengan gagahnya. Pemahaman mendalam Akbar akan agama dan hapalan Alqurannya ternyata tak mampu membendung keinginannya untuk bergabung dengan ISIS seperti temannya. Gagah versi Akbar adalah mencoba memegang senjata dan berjihad dengan cara perang. Akbar merasa bosan dengan pelajaran di sekolahnya yang dianggap terlalu mudah.
Inilah yang terus diteliti Noor Huda: bahwa yang menjadi korban target rekrutmen ISIS bukan hanya anak muda yang kurang wawasan, melainkan juga orang yang cerdas. Noor Huda melihat bahwa perkembangan dunia Internet yang sangat pesat dapat membahayakan generasi muda Indonesia. Sekitar 500 warga negara Indonesia pergi ke Suriah dengan tujuan jihad. Mereka mayoritas terpengaruh dari jejaring media sosial dengan iming-iming kesejahteraan hidup yang akan diperoleh sesampainya di Suriah.
Acara diskusi antara mahasiswa HI Binus dengan Noor Huda Ismail disambut sangat antusias mahasiswa. Bahkan ada pertanyaan tentang kekuatan ISIS yang akan menjadi poros baru pemicu perang dunia ketiga. Dengan bahasanya yang renyah dan gaya bertuturnya yang humoris, Huda menjawab tidak yakin ISIS akan menjadi kekuatan baru dalam konflik global. Meski demikian, keberadaan ISIS dan cara rekrutmen mereka yang mulai mengincar anak muda di seluruh dunia lewat internet tetap harus diwaspadai.
#GreaterNusantara
Hari ini tepatnya tanggal 26 September 2016, BINUS UNIVERSITY menyambut kegiatan “5thUNESCO-APEID Meeti
read moreTidak puas hanya dengan memberikan pendidikan terbaik, BINUS UNIVERSITY bekerja sama dengan berbagai peru
read more